بِسْــــــــــــــــــــــمِ اَللّهِ الرّحْمن الرّحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ
Janganlah
mudah mengolok saudara sesama muslim sebagai ahli bid'ah, apalagi
sampai mengkafirkannya. Perlu diketahui... Bida'ah terdiri atas 2 macam,
yakni bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah. Janganlah hal ini justru
menimbulkan perpecahan antar muslim. Selama yang dilakukan adalah bid'ah
khasanah, hal itu boleh dilakukan. Bukankah perbedaan itu merupakan
rahmat dari Allah SWT.? Yang terpenting sebagai seorang muslim, kita harus tahu mana yang boleh dilakukan, mana yang dilarang. Berikut saya cuplikkan pendapat para ulama:
1. Imam Syafi’i Menurut Imam Syafi’i, bid’ah dibagi dua, bid’ah
mahmudah dan bid’ah madzmumah. Jadi bid’ah yang mencocoki sunnah adalah
mahmudah, dan yang tidak mencocoki sunah adalah madzmumah. Bid’ah
hasanah/mahmudah dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah bid’ah wajib
seperti kodifikasi (pengumpulan) al-Qur’an pada zaman Khalifah Utsman
bin Affan dan pengumpulan hadits ke dalam kitab-kitab besar pada zaman
sesudahnya. Sedangkan bid’ah hasanah yang kedua adalah bid’ah sunnah,
seperti shalat tarawih 20 rakaat pada zaman khalifah Umar bin Khathab.
2. Imam al-Baihaqi Bid’ah menurut Imam Baihaqi dibagi dua, bid’ah
madzmumah dan ghairu madzmumah. Setiap Bid’ah yang tidak menyalahi
al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ adalah bid’ah mahmudah atau ghairu
madzmumah. Sedangkan bid’ah yang tercela (madzmumah) adalah bid’ah yang
tidak memiliki dasar syar’i sama sekali.
3. Imam Nawawi Bid’ah menurut Imam Nawawi dibagi menjadi dua, bid’ah hasanah dan bid’ah qabihah.
4. Imam al-Hafidz Ibnu Atsir Ibnu Atsir juga membagi Bid’ah menjadi
dua, bid’ah yang terdapat petunjuk nash (teks al-Qur’an / hadits) di
dalamnya, dan bid’ah yang tidak ada petunjuk nash di dalamnya. Jadi
setiap bentuk bid’ah yang menyalahi kitab dan sunnah adalah tercela dan
harus diingkari. Akan tetapi bid’ah yang mencocoki keumuman dalil-dalil
nash, maka masuk dalam kategoti terpuji.
Lalu bagaimana dengan hadits "Setiap bid’ah adalah sesat".
Berikut ini adalah pendapat para ulama’:
1. Imam Nawawi Hadits di atas adalah masuk dalam kategori ‘am (umum) yang harus ditakhshish (diperinci).
2. Imam al-Hafidz Ibnu Rajab Hadits di atas adalah dalam kategori ‘am
akan tetapi yang dikehendaki adalah khash (‘am yuridu bihil khash).
Artinya secara teks hadits tersebut bersifat umum, namun dalam
pemaknaannya dibutuhkan rincian-rincian.
Ada sebagian ulama’ yang membagi bid’ah menjadi lima bagian sebagai berikut,
1. Bid’ah yang wajib dilakukan : contohnya, belajar ilmu nahwu, belajar
sistematika argumentasi teologi dengan tujuan untuk menunjukkan kepada
orang-orang atheis dan orang-orang yang ingkar kepada agama Islam, dll.
2. Bid’ah yang mandub (dianjurkan): contohnya adzan menggunakan
pengeras suara, mencetak buku-buku ilmiah, membangun madrasah, dan
lain-lain.
3. Bid’ah yang mubah : contohnya, membuat hidangan makanan yang berwarna warni, dan sejenisnya.
4. Bid’ah yang makruh : contohnya, berlebihan dalam menghias mushaf, masjid dan sebagainya.
5. Bid’ah yang haram: yaitu setiap sesuatu yang baru dalam hal agama
yang bertentangan dengan keumuman dalil syar’i. misalnya solat isya
tujuh rekaat dll.
والله أعلم بالصواب
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
I'm Moslem and I'm Proud
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer