Menjadi homoseks maupun waria adalah pilihan, bukan takdir Allah SWT.
- ..
بِسْــــــــــــــــــــــمِ اَللّهِ الرّحْمن الرّحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ
Menjadi homoseks maupun menjadi waria,
keduanya adalah pilihan, bukan takdir. Mungkin memang bukan pilihan
pribadi, namun pilihan lingkungan, keluarga dan komunitas di mana
seseorang tumbuh.
Allah SWT adalah Tuhan yang Maha adil, Dia tidak akan mentakdirkan seseorang lahir dalam keadaan waria, lalu Dia melarang kewariaan. Dia juga tidak akan mentakdirkan seseorang dilahirkan dengan kecenderungan homoseksual atau lesbian, lalu Dia melarang perilaku terlarang itu.
Maka statemen kalangan waria dan barisan pendukungnya bahwa kewariaan adalah urusan takdir nyata keliru. Sebab tidak ada orang yang lahir dalam keadaan waria. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi waria. Sebagaimana tidak ada orang yang lahir dalam keadaan kafir, tetapi orang tua dan lingkungan yang kemudian membuat anak itu murtad, kafir dan keluar dari keIslamannya.
Jadi yang benar barangkali memang takdir bahwa seseorang dilahirkan di lingkungan yang mendidiknya menjadi waria. Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah SWT telah mentakdirkannya menjadi waria. Sama saja dengan kasus anak pelacur yang ditumbuhkan di lingkungan prostitusi, apakah Allah SWT telah mentakdirkan dia menjadi wanita penghibur? Tentu saja tidak, bukan?
Karena tidak ada wanita yang lahir langsung jadi pelacur. Dan kewariaan adalah saudara kembar pelacuran. Lingkungan yang salah dan jahiliyah telah menumbuhkan seseorang menjadi waria. Dan lingkungan seperti ini yang harus dilenyapkan dalam kehidupan masyarakat muslim yang beradab.
Kita harus sepakat bahwa kehidupan homoseksual dan waria adalah sesuatu yang bukan takdir, oleh karena itu harus dihindari dan dilenyapkan. Tentu bukan memerangi para waria, melainkan melenyapkan pola pikir yang menganggap bahwa kewariaan adalah wajar. Dari situ dulu kita mulai. Setelah itu kita melangkah kepada penghindaran lingkungan dan pola pendidikan yang keliru dengan cara memberi peluang kepada anak-anak untuk tumbuh dengan pola pikir bahwa menjadi waria itu wajar. Kurikulum ini yang harus tampil dengan tegas, bahwa menjadi waria itu adalah sebuah pilihan keliru yang salah kaprah. Bukan sebuah takdir.
Maka sejak kecil anak-anak sudah kita tanamkan pemahaman bahwa menjadi waria adalah sebuah kekeliruan, ketidak-normalan dan sebuah peri hidup jahat yang dilaknat oleh Allah dan agama.
Sayangnya, para pembela kebejadan moral pasti tidak akan setuju dengan prinsip sikap ini. Mereka ingin menjadikan masyarakat ini rusak sampai ke akar-akarnya, sehingga menjadi waria itu dianggap wajar dan merupakan takdir dari Allah SWT. Nauzubillahi min zalik.
Allah SWT adalah Tuhan yang Maha adil, Dia tidak akan mentakdirkan seseorang lahir dalam keadaan waria, lalu Dia melarang kewariaan. Dia juga tidak akan mentakdirkan seseorang dilahirkan dengan kecenderungan homoseksual atau lesbian, lalu Dia melarang perilaku terlarang itu.
Maka statemen kalangan waria dan barisan pendukungnya bahwa kewariaan adalah urusan takdir nyata keliru. Sebab tidak ada orang yang lahir dalam keadaan waria. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi waria. Sebagaimana tidak ada orang yang lahir dalam keadaan kafir, tetapi orang tua dan lingkungan yang kemudian membuat anak itu murtad, kafir dan keluar dari keIslamannya.
Jadi yang benar barangkali memang takdir bahwa seseorang dilahirkan di lingkungan yang mendidiknya menjadi waria. Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah SWT telah mentakdirkannya menjadi waria. Sama saja dengan kasus anak pelacur yang ditumbuhkan di lingkungan prostitusi, apakah Allah SWT telah mentakdirkan dia menjadi wanita penghibur? Tentu saja tidak, bukan?
Karena tidak ada wanita yang lahir langsung jadi pelacur. Dan kewariaan adalah saudara kembar pelacuran. Lingkungan yang salah dan jahiliyah telah menumbuhkan seseorang menjadi waria. Dan lingkungan seperti ini yang harus dilenyapkan dalam kehidupan masyarakat muslim yang beradab.
Kita harus sepakat bahwa kehidupan homoseksual dan waria adalah sesuatu yang bukan takdir, oleh karena itu harus dihindari dan dilenyapkan. Tentu bukan memerangi para waria, melainkan melenyapkan pola pikir yang menganggap bahwa kewariaan adalah wajar. Dari situ dulu kita mulai. Setelah itu kita melangkah kepada penghindaran lingkungan dan pola pendidikan yang keliru dengan cara memberi peluang kepada anak-anak untuk tumbuh dengan pola pikir bahwa menjadi waria itu wajar. Kurikulum ini yang harus tampil dengan tegas, bahwa menjadi waria itu adalah sebuah pilihan keliru yang salah kaprah. Bukan sebuah takdir.
Maka sejak kecil anak-anak sudah kita tanamkan pemahaman bahwa menjadi waria adalah sebuah kekeliruan, ketidak-normalan dan sebuah peri hidup jahat yang dilaknat oleh Allah dan agama.
Sayangnya, para pembela kebejadan moral pasti tidak akan setuju dengan prinsip sikap ini. Mereka ingin menjadikan masyarakat ini rusak sampai ke akar-akarnya, sehingga menjadi waria itu dianggap wajar dan merupakan takdir dari Allah SWT. Nauzubillahi min zalik.
Maka sebagai muslim, kita akan diminta pertanggung-jawaban nanti di
akhirat tentang masalah ini. Apakah kita sudah memerangi pola kehidupan
yang tidak normal itu lewat pesan dan lisan kita? Sudahkah kita nyatakan
kebenaran kepada khalayak bahwa hooseksual dan kehidupan waria itu
adalah kebatilan?
والله أعلم بالصواب
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer