Dalam masalah takdir ada beberapa hal yang perlu di dicermati. Bagaimana sikap seorang hamba terhadap takdir dan bagaimana melakukan upaya menghadapi takdir tersebut.
Takdir berarti suatu hal yang telah ditetapkan oleh Allah semenjak jaman azali atau zaman sebelum diciptakan sesuatu di "Lauhul Mahfudz" yang berkenaan dengan nasib dan perjalanan hidup seseorang. Dalam kaitannya dengan takdir mutlak salah satunya adalah jodoh, mati dan rezeki seseorang yang telah ditentukan Allah Yang Maha Kuasa. Ada beberapa pendapat tentang bagaimana seseorang manusia menyikapi takdir yang sesuai dengan aturan agama. Dalam hal ini ada tiga pendapat ulama. 

Pertama, mereka yang mengatakan bahwa takdir adalah keputusan Allah, dimana baik dan buruk nasib sesorang ditentukan sepenuhnya oleh Allah, tanpa manusia bisa berupaya dan mengganti keadaan tersebut. Di sini manusia dituntut untuk pasrah terhadap ketentuan yang telah diberikan, golongan ini disebut golongan Jabariah.

Kedua, mereka yang mengatakan bahwa nasib dan takdir seseorang ditentukan oleh seberapa besar usaha orang tersebut tanpa ada intervensi dan keikut sertaan Allah terhadap perjalanan hidup seorang hamba, dan lebih lanjut menyatakan bahwa di situ terhampar lahan luas dimana manusia bebas dan berkuasa penuh terhadap nasib yang akan dilalui nanti, golongan ini disebut Qodariah. 

Dan golongan terakhir yang ke tiga, mereka adalah yang mengatakan bahwa Allah telah menetapkan nasib dan takdir seseorang namun manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin untuk merubah keadaan dan kondisiya, dan perubahan itu bisa di upayakan atas kuasa Ilahi dan ridlo darinya (meski nasib dan suratan takdir telah tertulis). Golongan ini adalah ulama dari Ahli Sunnah waljamaah . 

Dari sini kita bisa mengambil konklusi bahwa manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal mungkin untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia maupaun di akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakal kepada sang Pencipta. Pasrah bukan berarti sikap fatalis yang hanya menunggu perubahan dari Allah atau bertindak sesuatu yang irasional, seperti meninggalkan mobil tanpa menguncinya, karena yakin dengan takdir Allah apakah mobil itu hilang atau tidak. Dan rezeki maupun karier pun tidak akan berkembang jika kita hanya berpangku tangan. Berarti disitu ada sisi upaya manusia dan intervensi Tuhan untuk menetapkan sesuatu terjadi atau tidak, semua sangat tergantung dari optimalisasi usaha manusia dan keridloan Ilahi. 

Dalam Al Qur'an Allah berfirman "Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar Rad: 11).
Dan Allah mengisyaratkan manusia untuk terus bekerja dan berbuat untuk tujuan jauh ke masa mendatang yaitu bertindak untuk tujuan akhirat tanpa melupakan sisi manusiawi seorang hamba untuk bekerja dan beraktifitas demi kehidupannya di dunia, dalam hal ini Allah berfirman "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu............(QS. Al Qasas:77 ).

Lebih lanjut dalam suatu kesempatan sahabat Umar r.a pernah mengisyaratkan "Berbuatlah dan bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah dan beribadahlah untuk akheratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari". 

Demikianlah suatu takdir akan berubah sesuai dengan usaha dan upaya manusia, meski Allah telah mentapkan suatu ketetapan dari awal, namun isyarat Ilahi mengharuskan adanya suatu usaha optimal untuk memperoleh keadaan yang lebih baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. Setelah usaha yang maksimal disertai dengan doa dan sikap pasrah pada Allah  kita serahkan nasib dan takdir. Inilah yang dinamakan sikap pasrah dan tawakal pada apapun yang kita inginkan . Wallahu a'lam bissowab Wassalam,


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer